JEJAK CATATAN – Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengatasi cuaca ekstrem di Jawa Barat dan Jakarta menunjukkan hasil signifikan.
Memasuki hari keempat pada Kamis (10/07/2025), OMC berhasil menurunkan intensitas hujan di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten antara 30 hingga 60 persen.
Bahkan, dalam dua hari terakhir, Jakarta terpantau cerah tanpa hujan.Sejak Senin (7/7) hingga Kamis (10/7), BNPB telah menaburkan total 16 ton bahan semai melalui 18 sorti penerbangan.
Bahan-bahan tersebut terdiri dari 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO). Dua unit pesawat Caravan, dengan registrasi PK-DPI dan PK-SNL, secara bergantian menyemai bahan di atas perairan utara Karawang, Bekasi, Indramayu, dan sekitarnya, termasuk wilayah hulu sungai yang berhilir di daerah rawan banjir Jabodetabek.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa OMC adalah respons darurat pemerintah setelah hujan intensitas tinggi pada Minggu (6/7) menyebabkan banjir di sejumlah lokasi di Jawa bagian barat.
“OMC bertujuan untuk mengurangi hujan dengan intensitas tinggi yang diperkirakan masih akan turun pada dasarian pertama Juli 2025,” ujar Abdul Muhari.
Secara teknis, NaCl digunakan untuk mempercepat proses kondensasi awan dan memicu hujan di atas wilayah laut, sehingga mencegah awan hujan masuk ke daratan.
Sementara itu, Kalsium Oksida (CaO), yang disebutkan dalam konteks ini sebagai Kalsium Klorida (CaCl), berfungsi untuk meningkatkan curah hujan dan memungkinkan redistribusi hujan sesuai area sasaran.
Optimisme dan Imbauan Kesiapsiagaan dengan berkurangnya intensitas hujan, BNPB berharap upaya penanggulangan banjir di wilayah hilir, seperti pemompaan, pengeringan, dan penguatan tanggul, dapat dioptimalkan.
Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat segera kembali beraktivitas normal. Satgas gabungan OMC Jabodetabek optimistis bahwa upaya mitigasi ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Meskipun tren potensi hujan di Jawa bagian barat cenderung menurun, BMKG memantau adanya gelombang aktif yang berpotensi berdampak signifikan di beberapa wilayah Indonesia pada 12 Juli 2025.
Selain itu, potensi risiko cuaca ekstrem juga terpantau di Indonesia bagian timur dengan peningkatan aktivitas gelombang atmosfer yang memicu curah hujan tinggi.
BNPB dan BMKG akan melakukan evaluasi bersama pada akhir masa operasi modifikasi cuaca pada Jumat (11/7) untuk menentukan apakah OMC perlu diperpanjang.
Abdul Muhari mengimbau Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana hidrometeorologi selama musim kemarau basah ini.
Masyarakat diharapkan memantau perkembangan prakiraan cuaca secara berkala.
“Pemerintah Daerah diharapkan dapat memeriksa secara rutin infrastruktur mitigasi banjir seperti penguatan tanggul dan pembersihan saluran drainase primer,” kata Abdul.
Ia juga menambahkan, “Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan risiko bencana dari lingkup terkecil atau keluarga dengan cara membersihkan saluran air, memeriksa kekuatan atap dan bangunan rumah, memangkas pepohonan yang rawan tumbang, serta menyusun rencana evakuasi bersama keluarga.”***
Sumber: jabarprov.go.id.